Di ufuk barat, wajah hari merah padam
menahan malu dikalahkan Sang waktu
Panggilan Tuhan melengking
menyentil telinga musafir kolong langit
Terompah aus mereka terhenti pada
Gapura kampung Tuan
Mata mereka tergoda kesejukan mata air Firdusi
yang mengalir melalui pancuran bambu
Gemericik air mengundang selera,
membasuh dahaga nurani, mencuci wajah-wajah
terpanggang hari
Wajah yang kini bernas bersih
menghadap pusat dunia
dalam Rumah kemilau cahaya keselamatan.
Komentar
Tulis komentar baru