Seorang anak belia
di tengah permainan mamak
tuo tengganai
berusaha menyuguhkan mimpi
merubah masa depan.
Semangat muda belia
berkobar mendobrak tahta tuo
menyingsing baju
mencangkul tanah adat
nan sekeras karang.
Anak muda belia
tak surut langkah
walau tuo tengganai jadikan
awak semacam batu lacak.
Diulur, dilempar, dihitung,
untuk kemudian dibuang
agar menang.
Tuo tengganai mungkin
tak lagi punya kepentingan.
Tapi awak malu jadi budak melayu
kalau kalah daripada
bujang belia.
Tuo tengganai tak peduli
adat buat dijunjung
kalau kata jatuh
akan meruntuhkan martabat
dan tahta,
maka lebih baik jual harga rakyat
dibandingkan banting
harga diri.
(Muara Sabak, 16 Oktober 2011)
Komentar
Tulis komentar baru