Ciputat, 19 Shafar 1435 H (08:30)
Selamat pagi,
Aku menyapamu, dari semua masalah-masalah yang masih betah bergelantungan. Tidak percayakah kamu, akan keseriusan ku. Tapi, jangan sekarang kamu membuka selihut hangatmu, tidurlah kembali dalam mimpi-mimpi indahmu. Selamat pagi untuk hari ini dan seterusnya, ku ucapkan untukmu dan semuanya. Dalam pikiran ini, aku instruksikan supaya aku tidak memikirkannya kembali. Tetepi, wahai pikiran, kenapa mengkonsepkan nya dengan bentuk sempurnanya. Salam termanisku, untukmu, wahai kamu yang masih terselimuti.
Kasih, sebenarnya aku ingin menyenderkan sejenak kepala yang berat ini di pundakmu. Tapi apa daya, sepertinya ada seseorang yang lebih memerlukan pundakmu. Lebih memerlukan kasih tulusmu, dan aku hanya bisa tersenyum dengan lelewah air mata yang tersamarkan oleh air yang mengguyur badan yang teramat renta ini.
Simpanlah, kenangan itu. Ketika aku dan kamu bertemu, dengan empat kaki menjadi saksi. Ketika kamu mengutarakan, rasa yang sama, sama dengan apa yang aku rasakan. Sepertinya, semua itu belum cukup untuk kita membuktikannya, bahwa aku dan kamu harus terikat dengan sebuah ikatan yang suci. Ikatan, bahwa aku resmi milik mu, kekasih hatimu, pelangi dalam hidupmu. Ah, semua itu hanya sebuah kiasan yang tidak bermakna apa-apa. Jamahlah aku, aku yang masih lugu, tidak mengerti apa itu cinta. “Cinta adalah saling memberi dan menerima :-)”, masih ku kutip pernyataan mu dulu.
Komentar
Tulis komentar baru