Bulan merangkak, dari sabit hingga ke tampah mengisi malam-malamku
seperti sebuah magnit, aku terpesona memandanginya, rasa tak jemu
berkelebat anganku ketika memandanginya, silam masa pun tergali
Dulu pernah kulihat bulan tiba-tiba turun dan naik kembali, sebuah isyarat
lalu terdengarlah berita bahwa paku tanah Pulau Jawa tercabut satu
dan kian kusadari, bulan yang indah itu bukan cuma sekedar mata malam
Semasa kecil, saat usiaku sekitar 3 tahun pernah kulihat bulan yang aneh
ia yang tengah memancar sebesar tampah itu, sekejap berubah merah
membuatku ketakutan, dikemudian hari kutahu maknanya: pembantaian
Bulan, kerap membutku termenung menyibak keajaibannya
ia menjadi saksi bisu beragam peristiwa di muka bumi, sejak ribuan tahun
andaikan ia bisa menulis mungkin tak ada kisah misteri sejarah negriku
Ketika tengah dilanda meriang rindu kucari ia, dan kutunggu isyaratnya
bila terlihat seakan tersenyum, kutahu dia di sana juga tengah meriang
dan bila ia terlihat muram, ah aku tengah bertepuk sebelah tangan
Sering aku bertengkar hebat dengan bulan, kulihat cemburu di matanya
saat kunikmati sinar keindahannya, ia seakan menebar duri ke mataku
bila sedang begitu, kualihkan pandanganku ke mata malam yang lain: bintang!
Komentar
Tulis komentar baru