Jalan mendaki, di punggung bukit senja mendorong bola panas
punggungnya kian membungkuk karna beban hidup begitu berat
sementara angin berhembus dari puncak turun ke rawa-rawa
Senja, perjalanan siang mendekati ujung, sementara gelap di gerbang
satu per satu dedaunan dipetik musim, melayang dalam hembusan angin
pagi hingga ke petang roda kehidupan berputar dan berhenti sejenak
Di suatu pantai, senja membara, terlihat burung-burung melintas pulang
dengan segala penat di ujung sayapnya , mengarungi luas anugrah hari
di paruhnya terdengarlah bunyi gemericit anak di sarang menahan lapar
Di dalam kata senja, siang yang jatuh meluruh di pelupuk malam
perjalanan hidup menuju ke pantai, merabunnya unggas di remang hari
buih-buih lautan yang berserak , resah nelayan tua menatap biduknya
Kurenung tanggal dan bulan yang sama di tahun yang berbeda
belajar merangkak, berpegang, tegak, berjalan, dan akhirnya berlari
dalam suatu garis lintas kehidupan yang ujungnya belum mampu kulihat
Aku tidak tahu apakah aku seperti bocah yang girang melihat pantai
seperti elang yang memegang buluh perindu di ujung kedua sayapnya
atau seperti si bungkuk yang tertatih-tatih memikul beban ke atas bukit
Langit senja merah jingga, dalamnya hening terasa, angin membelai
seperti sebuah bisik, semacam keluh kesah sungai, semacam dahaga
semacam rasa yang tak teraba, semacam harum yang tak kukenal!
Komentar
Tulis komentar baru