MENANGGUNG KECAMUK RISAU
Tangga tak lagi menuju tinggi.
Ia malu, karena teguran teguran sumbang.
Melibas kekuataan asa, menjatuhkan mental baja.
Hari itu ia menyapaku,
Mengabarkan bahwa Ia tak lagi berarti.
Berbisik sayu pilu
Ia telah dipatah patah sang pemuja puji
Anak anaknya sudah hilang.
Hanya tinggal dasar dan puncak compang.
Hanya dua, dan buat apa.
Anak anaknya tak berarti
Karena puncak tinggi bisa dibeli.
Kejam memang, tapi semua sudah sirahnya
Tangga menangis disudut perapian.
Inginkan sijago membakar habis.
Meratap asa yang sudah terkikis.
Itu rayap yang menggerogoti setiap hari
(Jawabku pada Jhon)
Batanghari, menjelang magrib Juli 2020
Komentar
Tulis komentar baru