Mataku menikam wajahku
Mataku binar pitam
Terlempar keujung kajang
Jalanku menggawang
Hampiri jendela seribu sembilan ratus sembilan puluh delapan
Kubuka jendela seribu sembilan ratus sembilan puluh delapan
Tatapku lelah menerobos ujung lautan
Kumenoleh kekiri
Kulihat cicirudang jermal hinggap diujung haluan
Kuamati komat kamit dan sungutnya
Kulambai bersama seru yang kupunya
Iapun lalu terbang dan bertengger dipundakku
Ia rapatkan celatuknya ketelingaku dan berbisik
“ Elang laut ada di istana jantung hati kita, simerak merajuk diganjang rimba”
Hoi ganjang rimba
Hoi api dan laut
Hoi kumala yang bertapa dilubuk emas
Dimana kau …
cicurut
cicorot
cicirudang
Sajak kita dipecundang
katapak
katipik
katupuk katampi
Kita terus bersajak dibantal guling dan ludah basi
tung … tung … tung
tung … tung … tung
tung … tung … tung
Tak tau juntung
Nun .., nin .. nan
Nun .. nin .. nan
Par .. pur .. par
Nasibmu timbunan kapar
neng … neng ….pong
Tong kosong
pak kacipak kacipung
di halaman akhir 2915 cerita apa yang termuat dirubrik ujung
TOK LAUT
Komentar
ORASI PUISI SYAMSUL RIZAL alias TOK LAUT
SOROT MATA TOK LAUT
Tatkala kegembiraanmu memuncak kelangit
Disaat itu pula aku cukup sedih melihatmu
Kegembiraanmu sebenarnya adalah luka
Yang kau sendiri tak merasakan perihnya
Aku pandangi wajah polos tanpa dosa
Terpuruk dalam liang lobang yang menganga
Kucoba mengulurkan tanganku
Karna uri tambu kita pada lobang yang sama
Emosiku memuncak dalam dada
Amarahku muncrat bak lahar gunung jiwa
Senyumku liris memaksa tawa
Agar kegelisahan dan kegeramanku
Tak dapat kau baca
Kuikuti tarian dan lagu yang kau dendangkan
Meski pikiranku melayang
Kadang aku merasa terhina
Atas apa yang kulihat didepan mataku
Kadang semua itu harus kutepis jauh-jauh
Agar hal itu tidak menggerogoti gula darahku
Hai..Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Kau juga kulihat terdiam kaku
Dan kadang sedikit senyum
Hanya untuk berlindung dimuara kegundahanmu
Ribuan pasang mata
Seolah mempelototi kita
Sesak didada adalah ledakan emosi
Yang tak mungkin kita tahan lagi
Kesederhanaan puisi dan keindahan liris prosa
Akhirnya harus kita tuturkan
Agar cara mereka menangkapnya
Tidak terlihat siapa-siapa
Hai ... Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Wajarkah emosi lautan api ini
Atau hanya sekedar jadi sajak sajak yang mengiang ditelinga
Atau hanya jadi sajak sajak yang berumur seketika
Atau masih tertuliskah dihati kita
Pamlet cinta para moyang moyang kita
Hai...Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Apkah hanya kita patok tiang paduka yang tersisa
Rasa yang tertera pada lontar milik baginda
Yang membuat kita ingin merenda nilai abadi
Dari ujud rasa persaudaraan kita yang hakiki
Atau melebihi agad roh bumi
yang mencintai segala isinya
Hai..Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Kau RAJA HATIKU
RAJA HATI MEREKA
yang menumpahkan rasa sayang tiada tara
mari menjaga TUMPUAN HATI kita
agar menjadi BUNGA LANGKA SORGAWI
yang tumbuh subur pada BUMI PERTIWI
untuk menghias serambi tanah paduka ini
dan menebarkan wangi kesturi
menjadi altar permata pada sila kita
dihari senja........
Hai..Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Ulurkan tanganmu kepadanya
Karna akupun telah mengulurkan tanganku kepada sahabatnya
Hai ... Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Aku melihat kantong koyak
Tak be REMANG PATI
Hai... Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Sudahlah.......
Ayo mengukir sejarah kembali.....
Tulis komentar baru