(Tanpa tendensi apapun. Naskah ini, awalnya, tidak lolos seleksi kurator sebuah antologi puisi. Karena nasib baik 'luks' naskah ini dimuat/dipublikasikan sebuah majalah. Tks)
Ag. Andoyo Sulyantoro
Sajak Sampah
Kukumpulkan sampah-sampah di pasar.
Sampah-sampah yang terusir dari hati kemanusiaanmu.
Sampah-sampah yang berserakan di sudut-sudut kota
Sampah-sampah yang mampatkan got-got
Sampah-sampah yang nyumbat selokan
Hingga keruh aliran air got dan selokan
Muncrat genangi seisi pasar.
Kubakar sampah-sampah pasar itu
Jadi abu, arang sewarna jelaga
Tak berbatas sampah-sampah : gedung-gedung, pabrik-pabrik,
lorong-lorong beton
; masihkah kauanggap etalase kota?
Di kotamu, ya di kotamu lurus ke senja.
Kita bangun doa-doa
Udara pun kebak aroma asap kemenyan dan dupa.
Nirwana. Ya, nyampai nirwana
: Pasar Kentang nan tinggi.
Dieng, 2015
Ag Andoyo Sulyantoro
Sajak Pasar Pagi
Aku setia menunggu
Kedatanganmu
Di persimpangan jalan pasar pagi itu.
Aku sabar menanti kehadiranmu
--termangu tersedu-sedu
Di sudut pasarmu
: berlumur debu!
2015.
Ag Andoyo Sulyantoro
Sajak Burung-Burung
Burung-burung berkicau kontes di alun-alun.
Pamer indahnya warna bulu
Riuh rendah sorak-sorai penonton
merdu kudengar siul burung-burung.
Di pasar burung,
Ada harga yang harus dibayar
Bagi indah bulu dan merdu lagu burung-burung.
Burung-burung berkicau
Membuka dompet tebal penggembira.
Untuk membeli atau sekadar
memain-mainkan harga penawaran.
2015.
Ag Andoyo Sulyantoro
Sajak Pasar Wage
Berjalan lunglai di jalan pasarmu sore itu
Mencari seikat rambutan permintaan nyidam istri
Pasar ini, pasar itu sabar kita kunjungi
Jabang bayi berjingkrak, nendang-nendang
perutmu yang kian membesar.
Kaubuang biji terakhir rambutan itu
Rambutan yang telah lama layu.
Di pasar bukan sekadar permasalahan seikat rambutan.
Untung rugi penjual pembeli.
Bermacam hal dan kepentingan menumpuk di sana.
Tapi pasar yang terbakar --adalah masa lalu--
Kita simpan sebagai kenangan.
Ruko, minimarket, supermarket dan
Mall adalah masa depan
Mari raih dengan gemilang.
Pasar-pasar kita pun bergantian terbakar.
Doaku selalu, asal bukan hatimu yang hangus terbakar.
Purwokerto, 2015
Ag Andoyo Sulyantoro
Sajak Mata-Mata (*)
Mata-mata ada di setiap pasar
Menebar semerbak mawar
Menguar harum sesajen bebungaan.
Mata-mata mengobrak-abrik dagangan pasar
Sorot mata jalang dan liar
Menghunjam ulu hati pedagang,
sayatan pisau belati tajam.
Mata-mata pasar
Roboh.
Terkapar di tengah pasar
Tancapan belati, menghunjam dalam
degup jantung tubuhnya sendiri.
2015.
Ket:
(*) Mata-mata pasar = tukang tagih illegal kepada para pedagang di pasar tradisional.
Komentar
saya suka
great
Mata-mata pasar
Suka yang mata-mata pasar hahaha simpel plus nambah pemahaman arti tentang mata-mata pasar hehehe, sajak pasar wage juga bagus hehe
Tulis komentar baru