sayap-sayap yang dulu luruh
aku telah kepakkan lagi
menujumu
menuju hatimu
yang membiarkan mimpiku
tetap menjadi mimpi
dan membawa aku menari
ke sudut sepi
yang dulu pernah ku raba
tapi kini jadi tak jelas
ke arah mana aku alamatkan
pantas atau tidak
jawablah itu untukku
kecewa atau tidak
itu urusan belakangan
rinduku tak kenal waktu
tapi tetap tak bisa menanti
waktu yang melintas di sisimu
akan jadi potret abadi
bahwa bingkai cinta berisi hati
yang tulus
bukan busuk
adalah kedalaman arti rindu
keluasan rasa rindu
tapi jangan pepura tak paham
akan apa yang aku paparkan
dengan jujur
tapi aku bukan ingin
menarik simpatimu
aku hanya ingin membuka tabirku
dengan nada tat tit tut
rasa yang ku semai
padahal sudah berkecambah
tapi aku begitu harap
jika semua itu
seperti yang kutulis
dalam bait sajak
aku tetap saja
seperti kehilanganmu
sepi
sunyi
tak ada genjrengan tit tit tit lagi
padahal daya-daya tetap memenuh
tapi untuk apa
apa untuk kekonyolan
bernada serius ini
tak mungkin ku lepas
kesedihan ini
dengan kecengengan
atau dengan merindui kematian
yang pernah ku damba
sebelum mengenalmu
dan yang telah ku lepas
dengan mendambamu
kini aku berjalan
dengan kaki sebelah
terpincang terseok
dalam rindu yang menderu
belum henti jua gemuruh itu
ketika mata menyipit menuju mimpi
ah, aku memang pemimpi abad
yang membawa dongeng
kisah percintaan abadi
sementara aku
berjalan dengan sebelah kaki
terpincang terseok
dalam rindu yang menderu
rindu ini untukmu
rindu ini untukmu
rindu ini untukmu
rindu ini untukmu
rindu ini untukmu
rindu ini untukmu
rindu ini untukmu
rindu ini untukmu
rindu ini untukmu
rindu ini untukmu
(2011)
Komentar
Tulis komentar baru