Tangkai-tangkai malam melebur daun-daun muda
Merangkul penuh kelabu milik semai baru tumbuh
Tangkai-tangkai kelam jadi cabang dan berbunga
Mekar di taman-taman langkah muda dangkal
Tangkai-tangkai keindahan sementara, berbuah
Di atas air baru, mengalir keseluruh punya
Dan tangkai-tangkai perkasa menikam sendi lengkap
Penjuru benua menutup aliran cahaya
Tangkai-tangkai adi kuasa
Melautkan daratan mendaratkan lautan di pelukan kekal kegelapan
Meniadakan yang ada mengadakan yang tiada di bait-bait kepercayaan
Tangkai-tangkai itu adalah setangkai
Yang tidak bisa dipatahkan akar pohon pasak yang bening
Padahal itu kewajiban menanamkan menjaga daun-daun muda
Namun yang punya senjata abadi hanya berjaga didepan pribadi
Itupun terpilih
Akhirnya tangkai-tangkai penawar pagi
Sebebas burung menghirup udara menghembuskan badai-badainya
Cerai-beraikan dedaunan yang sudah terpisah dari rukun keyakinan
Daun muda tak bermata daun tua rabun bahkan banyak lebih buta dari daun muda
Sehingga dengan tutup matapun tangkai-tangkai perindu keabadian kelam
Meniduri segala usia dedaunan
Seperti orang buta memegang tangannya
Tangkai-tangkai rival kebenaran telah berurat kokoh panjang
Menelentang bebas di ujung-ujung kekalahan dedaunan kering
Dan telah berguguran padi-padi dedaunan berturut-turut
Kini tangkai-tangkai pemimpi keabadian waktu
bagai makan buah sendiri
Komentar
Mungkin tergolong puisi abstrak....
Mungkin puisi ini tergolong puisi abstrak, meski rada sulit dimengerti namun penulisnya punya imajinasi yang cukup kuat dalam melihat dan menemukan nada-nada puitis yang ada di alam sekitarnya. Hebat, salam kenal dari Batam.
Beni Guntarman
TERIMA KASIH BUNG BENI
SALAM KENAL JUGA DARI BARUS MOHON KRITIK DAN SARANNYA BUNG
aku menulis hanyalah membuang hayalan tak benar
bila ada yang salah mohon di mengerti
Tulis komentar baru