Jemariku berlari pada dawai.
Yang berkarat tanpa dirawat.
Sekilas nada bernyanyi bersama angin.
Menitipkan puisi di sela gerimis yang menjulang tiba.
Mulutku pun terkatup saja.
Segera membisik pada hati.
Tentang pujangga yang terlelap atas padang senja.
Eh kenapa hilang sajak dalam rantauan imajinasi?
--Tweenngg.._
Dawai putus dari jemari yang kian ketakutan.
Oh, dawai berkarat yang malang.
Belum sempat lagu menikmati gerimis hari ini.
Pujangga yang terlelap terus saja terlelap.
Bangun lah pujangga!
Betapa rindu nada ini padamu.
Biarpun terkubur sepi karatan senar ini.
Lari lah, lari lah kejar imajinasi yang sembunyi.
-Aqsha Al Akbar
*antara sajak dan imajinasi yang ngelantur
Komentar
Tulis komentar baru