Skip to Content

Dua Ratus Kalimat Cinta untuk Mey

Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.

Mungkin Aku Lupa

Aku mungkin lupa

dimana kusimpan aroma hujan

yang kauberi padaku waktu itu

Juga warna mata dan rona senyummu

 

KETIKA POLITISI BERPUISI

ketika politisi berpuisi

alih alih orasi

caci dan maki

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

Hidayatul KhomariaDua Ratus Kalimat Cinta ...Mega Dini SariMungkin Aku Lupa
ombiKETIKA POLITISI BERPUISIJoan UduPerempuan Jalang

Karya Sastra

Membuat Kemenangan Bersejarah

Namaku Gusno, bukan Kusno, nama kecil Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Kisahku memiliki awal yang sangat sederhana. Sebagai anak petani, miskin, dan kurang pergaulan, aku memiliki semangat dan tekad sangat tinggi. Kampungku sangat sempit, terisolir, dan sering dinamakan orang “kampung sembunyi”.

Daun Rindu

daundaun rindu berguguran dirapuhkan waktu

 

hujan pun tak mampu memberi kekuatan pada

Sang Perempuan

Rasa ini masih tetap sama meski kau telah tusuktusuk

dengan duri keangkuhan, kesombongan,

dan walau kau bakar sekalipun dengan katakata api

Mimpi Abadi

pernah aku bercerita padamu

tentang laut hijau

 

sebuah laut dipercaya mampu

memberikan keabadian

 

kini aku ajak kau ke sana

Abang Garang Berlidah Pendek

KETIKA laut belakang kampung kami datangkan pasang perbani subuh tadi, pawang segala pawang hanya tercengang-cengang berkacak pinggang di simpang segala simpang. Pawang-pawang kampung sekali ini hilang rangsang. Zaman kejayaan pawang-pawang kampung mendadak saja tergerus, hangus, putus-putus! Peta kuasa pawang-pawang kini terhapuskan sudah!

Puisi Untuk Ibuku dan Sarinah Indonesia

Gelap dan angin malam menyapaku
Menyinggung daun telinga dan menitipkan pesan
Mengantarkan ingatan
Pada masa lampau

Bayi kecil yang menyusahkan
Pagi menangis, malam pun menangi

Sang Penggugah

Bertemu dengannya, pertama kali, ketika Aku mengunjungi kampusnya untuk sebuah urusan organisasi. Saat itu, Aku dan Maria masih berada di dua keranjang yang berbeda; Aku dengan dunia pergerakan, sementara Maria dengan dunianya, hedonisme.

Ketika itu, Aku mengenal Maria sebagai seorang perempuan dengan orientasi pendek; kuliah, pacaran, dan harapan mendapat pekerjaan setelah tamat.

Memeluk Mimpi

Pada sebuah mimpi:
Sang kehidupan memainkan iramanya
Kadang sebuah harmoni, kadang pula dengan kekacauan
Ada yang tertawa-tawa
Ada pula yang menangis penuh kesedihan

Yang Terakhir Dari Kita

satu hal yang tak dapat kupahami dari hidup 
;tentang kebongan 

Seorang Lelaki Dan Sangkar

Di kota ini ialah satu-satunya lelaki ilalang pembuat sangkar, yang masih bisa tersenyum manakala hari sudah beranjak petang dan tidak ada satu pun sangkar burung terjual.

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler