ORANG-orang bijak yang airf dalam menilai, selalu merasa tak pernah memiliki kepandaian untuk menyalahkan atau membenarkan, kecuali memang sudah melihat jelas adanya kesalahan di dalam kesalahan, dan nampak nyata kebenaran yang dengan kokoh membentengi kebenaran itu sendiri.
Jadi, siapa pun yang telah lupa berbuat baik atau telah berprilaku buruk, bisa saja mengubah prilaku buruknya. Kapan dan di mana saja. Selama ada keinginan untuk merubah, yang nisbi bisa ada yang tak nampak bisa jadi nyata. Begitu pun se baliknya.
Bila dulu terus ingat dan sekarang lupa, merupakan hal biasa. Dulu lupa sekarang ingat, juga bukan sesuatu yang istimewa. Lupa dan ingat selalu saling mempengaruhi. Selalu berlom ba menguasai setiap jiwa manusia
Mengapa? Karena lupa adalah sifat. Ia melekat erat bukan pada hewan. Tapi, melekat dalam diri manusia. Sengaja melupakan adalah perbuatan, tindakan. Memang tidak nyata terlihat. Tapi membuahkan sesuatu yang banyak mengandung manfaat.
Bondan bisa memperbaiki kekeliruannya.
Bondan merasa sangat beruntung. Terle bih, tekadnya yang kuat, membuatnya tak lagi ter tarik bemabuk-mabukan. Bondan mulai merasakan, kondisi tubuhnya yang jauh lebih sehat dan jauh lebih segar
Dan yang membuatnya hepi dalam arti se sungguhnya, selalu berada dalam kondisi sadar. Sebelumnya, lebih sering dalam kondisi teler. Pengaruh alkohol, membuatnya entah berada di mana. Bondan juga merasa sangat beruntung. Ia tak lagi disinisi. Tak lagi dicap sebagai pemabuk. Sejak bertekad melupakan kebiasaan buruk dan akhirnya bisa meninggalkan, siapapun tak punya alasan untuk menilai dirinya sampah
Bukan berarti tak ada yang merasa dirugikan oleh Bondan. Terlebih, Bondan juga sengaja melupakan kebiasaan buruk lainnya. Memang, sengaja melupakan kebiasaan buruk, sangat tidak mudah. Tapi, toh, yang kemudian dirasakan Bondan adalah ketenangan. Ia lega, karena sudah bisa menjadikan rumahnya sebagai rumahku istanaku. Rumah yang membuat dirinya tentram dan bebas dari berbagai perkara
Ia bisa tidak kelayapan dan tidak begadang. Juga tidak lagi melakukan hal-hal yang se belumnya malah dianggap sangat wajar. Padahal, wajar dalam dimensi merugikan orang lain dan merugikan diri sendiri.
Teman-teman Bondan tentu saja merasa sangat dirugikan.
Sejak Bondan sadar – mereka menganggap seperti itu, tak ada lagi yang mentraktir minum sampai mabuk. Tak ada lagi yang mengajak mereka mencari anak-anak abg untuk bersenang-senang dan kesudahannya pasti dikencani.
Teman teman Bondan, bukan tak mem persoalkan. Mereka, malah sengaja menemui Bondan. Kalau saja Bondan tidak cerdik dan saat menghadapi hal itu ia kehilangan akal sehat, Bondan yakin, ia tak pernah bisa meninggalkan kebiasaan buruknya. Bondan yakin, pengaruh teman-temannya, sedemikian hebat. Jika kembali dekat, akrab dan menyatu lagi, percuma Bondan insaf
Saat teman-temannya datang, Bondan minta mbok Sinem membantunya. Ia minta agar mbok Sinem, menemui teman-temannya dan melakukan hal yang langsung diintruksikan oleh Bondan. Tak sulit bagi mbok Sinem melaksanakan perintah Bondan. Terlebih, sudah seringkali Bondan minta bantuan kepada mbok Sinem. Mbok Sinem tak pernah mengecewakan Bondan.
Tiap kali melaksanakan perintah Bondan untuk melakukan kebohongan, yang dirasakan mbok Sinem justeru senang luar biasa. Itu sebabnya, Mbok Sinem tak pernah merasa berdosa, karena setiap usai melaksanakan tugas, Bondan tak pernah lupa atau sengaja melupakan jasanya.
Bondan pasti memberi bonus. Jumlahnya, lumayan besar. Minimal, sebesar gaji sebulan Tapi, sering lebih. Bondan memang dapat lebih banyak. Ia memang paling berhak menerima uang, dari ayah maupun ibunya. Kebiasaan membohongi majikan – ayah dan ibu Bondan, membuat Mbok Sinem semangat dalam melaksanakan misi untuk kepentingan anak majikannya
Jadi, bukan lagi mbok Sinem jika tidak siap melaksanakan perintah. Ketika teman-teman Bondan benar-benar muncul, tanpa ragu, mbok Sinem segera menghadapi mereka.
Mbok Sinem menyambut teman Bondan sebagaimana mestinya. Dengan lugu, Ia bertanya mau ketemu siapa dan untuk urusan apa. Saat mereka menjawab mau ketemu Bondan , mbok Sinem lang sung memainkan peran lugunya.
“ Kok, baru hari gini, sih, mau besuk den Bondan?”
Tak hanya Heri Gondrong yang kaget. Gito, Suparman, Doni dan Marbun, lupa jika mereka datang karena kesal sama Bondan, yang menghilang tanpa pesan, yang menjauh tanpa kabar.
“ Lho, memang ada apa dengan Bondan ?” Tanya Heri Gondrong
“ Ada apa? Den Bondan tuh sakit, kok, malah nanya ada apa?”
“Yang benar, mbok ?” Gito jadi sulit untuk tidak percaya.
“ Kok, saya mengatakan yang benar, malah tidak dipercaya? Memangnya, mentang-mentang saya cuma pembantu, malah lebih pantas untuk tidak dipercaya? “ Mbok Sinem, bisa memperli hatkan sikapnya yang tersinggung
“ Bukan begitu, mbok. Kita cuma kepingin tahu, mengapa sudah lebih dua bulan Bondan tak pernah mau kumpul lagi sama kita,” Marbun mencoba menenangkan mbok Si nem.
Komentar
Tulis komentar baru