Skip to Content

JAMAN ROK MINI

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

 

 

 

JAMAN ROK MINI

 

Kisah bermula dari pelajaran seni musik. Ketika aku masuk ke kelas setelah istirahat pertama pk 09.15, Ibu AMS sudah berada di kelas. Demikian juga teman-temanku. Aku yang paling akhir masuk. Ibu Guru cantik ini sudah menampakkan rasa tidak suka akan keterlambatanku masuk saat pelajarannya. Beliau sangat disiplin dalam segala hal. Sebenarnya aku tahu kebiasaan baiknya itu. Tapi aku punya alasan mengapa aku lambat masuk.

 

Aku menganggukkan kepala tanda salam hormatku lalu aku duduk. Dan mulailah pelajaran. Seni Musik. Beliau menulis not balok di papan tulis dan kami harus menyalinnya di buku tugas. Tahu 'kan not balok. Ada garis, ada bulatan penuh, bulatan kosong, bulatan pakai bendera, tanda kunci wah...macam-macam. Dan itu tidak bisa ditulis dengan tergesa-gesa. Harus apik, teliti, cermat. Jika tidak hasilnya akan salah.

 

Aku tidak akan bicarakan tentang pelajaran yang disampaikannya. Teman-temanku sibuk. Aku tidak. Aku sudah selangkah di depan mereka. Aku menggumamkan not angka terjemahan dari not baloknya. . Untuk memahami ketukan lagu itu aku mengetuk-ngetukkan pinsil yang kupegang ke meja. Ketukanku di meja tidak keras tapi karena suasana hening maka ketukan itu tampaknya terdengar oleh beliau.

 

Inilah yang membuat beliau menoleh ke arahku dan menghampiriku dengan penggaris kayu 1 meter di tangannya. Hahahah, jangan mengira aku akan kena kemplang. Jangan. Ceritanya lain.

 

"Kamu tidak menyalin Hakimi?" suaranya datar.

 

"Tidak Bu....." jawabku sambil menatap wajahnya.

Penggaris panjang itu mulai digerakkan dan mengintai. Entah kepala entah bahu. Entahlah. Yang aku tahu Ibu AMS cantik. Bibirnya merah. Kulitnya putih. Rambutnya panjang, Hitam legam, Terurai singgah di pundaknya yang indah, Baju putih, rok putih sangat indah menutup kulitnya yang putih.

 

"Mengapa .....?" ia melanjutkan dengan nada tinggi.

 

Nurdin teman sebangkuku bergerak akan pindah ke bangku lain,. mungkinia takut kena sabetan liar. Namun baru saja ia mengangkat pantat Bu AMS membentak.

 

"Nurdin, diam kau ......Hakimi ,,mengapa kau tidak menyalin."

 

"Sudah selesai Bu," jawabku.

 

"Selesai apa?"

 

"Selesai menyalin.....ini Bu, saya sudah membuatnya sejak kemarin..."

 

Aku menyodorkan buku yang segera diambil oleh Bu AMS dan setelah beberapa saat dia membalikkan badan, kembali ke papan tulis melanjutkan yang tertunda.

 

Sungguh. Aku telah menyelesaikan apa yang sedang ditulis oleh Bu AMS di papan tulis. Minggu sebelumnya dalam sebuah obrolan di kelas tentang seni musik Bu Guru ini berkata bahwa dia ingin mengajarkan lagu daerah Batak, Bahkan dia menyebut judul lagunya. Judulnya adalah DIRONDANG DIBULANI.

 

Aku bukan saja sudah menyalin. Aku sudah menerjemahkannya ke not angka. Dan aku sudah hafal sebagian dari not itu. Bahkan sampai sekarang.....

 

1 23 23 21 di rondang di bulani

5 43 23 21 di topi tao e

3 2 34 57 21 m mm mmmm ....

 

Ah, lupakan itu.

Bu AMS kembali menulis. Makin lama dia makin membungkuk untuk menulis di bagian bawah papan tulis. Sesekali beralih ke meja mengambil penghapus karena ada yang harus diperbaiki.

 

Berkali-kali aku menjatuhkan pensil. Aku memungutnya kembali sambil melihat ke depan. Lalu aku menjatuhkan penghapus. Aku memungut penghapus sambil melihat ke depan,

 

Demikian berulang-ulang sampai akhirnya aku tidak bisa berkutik. Kepergok. Pas aku memungut penghapus beliau secara mengejutkan berbalik dan langsung menuju ke arahku.Tampaknya beliau merasa tidak nyaman lalu menduga dan dugaannya benar. Siswanya ada yang nakal.

 

 

Bel berbunyi. Ganti pelajaran. Aku harus terlambat lagi masuk untuk pelajaran berikutnya karena Bu AMS membentak ka arahku sambil berkata,

 

"Hakimi, ke kantor."

 

202109211041 Kotabaru Karawang

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler