Pergilah ke langitmu

Terakhir kubuka pintu hatiku, seorang perempuan hanya masuk untuk mengacak-acak isinya. Kamu tau yang aku maksud itu kamu kan? Kamu obrak-abrik semua yang tadinya tertata rapih lalu pergi begitu saja tanpa sepatah kata perpisahan. Pergi tanpa merapikan satu barangpun ke tempat asalnya. Atau minimal kemasi dulu semua kenangan yang telah kamu tinggalkan barulah boleh melenggang pergi setelah dijemput pangeran impian yang tiba-tiba datang ke kehidupanmu.

"Sebenarnya aku udah lama suka sama dia", katamu sambil merapikan kerudung berwarna krem itu padahal aku sudah susah payah mendekatimu. Segala cara kugunakan, segala teknik psikologis kupelajari.

Apa mungkin selama ini aku bukanlah langit yang menaungimu? Apa mungkin aku hanya gumpalan awan yang lewat lalu menghilang layaknya ekstras dalam sinetron?

Belajar dari semua itu akhirnya kututup rapat-rapat pintu hatiku bersama segala kenangan darimu. Senja sudah menemukan langitnya. Bertepuk sebelah tangan mungkin ungkapan yang pas kuterima saat ini. Selalu dan selalu begini setiap kutemukan sesuatu yang berhubungan dengan perasaan. Pernah kucoba bisikan pintaku pada semesta, namun tetap nihil hasilnya dengan alasan tak dapat restu dari dunia dan seisinya. Tak bisakah kudapat kebahagiaanku tanpa gangguan pihak-pihak yang tak ada hubungannya? Denganku? Dengannya? Dengan kita?Biarlah kuteriakan kencang pintaku sekencang-kencangnya pada tuhan agar tak ada yang tau tentang apa yang kurasa. Aku bersumpah akan kututup pintu hatiku dari segala sisi bahkan gerbang akan kugembok lalu kubuang semua kuncinya ke lembah rasa kecewa. Akan kubiarkan kamu bahagia bersama langit cerahmu agar kelak terlahir mega berwarna jingga yang megah di hidupmu. Biarkan aku bertapa dipinggir sungai Jagapati sambil menunggu umoanku dilahap ikan mas yang lepas dari tambak warga.