duapuluh hari aku hampir tinggalkan doa-doaku
untuk mendiang ayaku
untuk ibuku
untuk istriku
untuk anak-anakku
dan untuk yang kusayangi
bahkan untuk diriku sendiripun
doa-doaku terkadang begitu hambar
bukan aku tak lagi lelah berdoa
bukan aku tak lagi mampu berdoa
tapi karena luka-luka fisikku meradang
dan seluruh daya fokusku terkuras
tapi aku yakin
bahwa untaian doa yang biasa aku hunjukkan
akan tatap Engkau dengar
meski terjeda, lirih, dan begitu laten
Komentar
Tulis komentar baru