sandiwara itu tak kunjung usai
dan kami adalah penonton-penonton yang setia
penggandrung drama dan segala romantika
kami adalah pencinta dongeng dan mimpi-mimpi
penggemar pendengar nyanyian angin
penikmat pemuja kilau gemintang
tapi sebagai sandiwara yang tak pernah sudah
takkan ada cerita yang selalunya indah
maka ketika sandiwara itu tiba pada episode kelam mencekam
ketika jalan ceritanya tak seindah musim janji dan mimpi kami
kami menjadi penonton-penonton yang paling pandai mencemooh
pendebat-pendebat yang paling rajin saling menghujat
sandiwara itu sambung-bersambung
dan kami adalah penonton-penggemar fanatik
pemuja-pemilih yang berpura-pura lupa
bahwa kamilah yang telah memilih bintang-bin(a)tang itu
ya, kamilah pemirsa-pemirsa buta
penonton-penonton yang jadi korban iklan
pemilih-pemilih yang mengutuk pilihan sendiri
sementara di balik layar sana
di ruangan mewah yang tak bisa ditembus kamera nurani
sutradara, vampir-vampir dan tikus-tikus berdasi
asyik memotong tumpeng sambil diskusi
memperbaharui skenario-cerita basi
untuk tontonan esok hari
dan bila jalan ceritanya tak sesuai dengan harapan dan keinginan kami
kami akan berdebat tanpa mikir, saling menghujat sesuka hati
: dalam sandiwara panjang ini
jerit tulang-belulang dari hamparan kuburan tanpa nisan
suara tangisnya makin geram, makin pilu
, tak ada yang mendengarnya
Batam, 30.01.2015
Komentar
Bagus sekali
seperti sajak Hasan Bsaidi lainnya, sajak-sajak yang dibungkus rapih dan indah.
Selamat malam mas Faizal
Selamat malam mas Faizal Bahari, terima kasih sudah sudi membacanya, salam kenal dan salam sastra
Tulis komentar baru