Skip to Content

kepada sajak yang terhenti

Foto semut kampung

Sepertinya aku harus melipat kembali

kertas yang kusiapkan sejak malam tadi untuk menggerimiskan namamu, di antara suara sepi yang menggemuruh di ceruk nadi.

 

Engkau begitu hafal membaca matahari, jemarimu kokoh menunjuk seluruh arah angin, langkahmu kukuh mengundang gemintang. Sedang mataku retak mengintip rembulan dalam pengap usia.

 

Saat musim merengkuh masa, sebenarnya kita masih di sini. Menyatu dalam do'a, tanpa kata.

 

Ada satu catatan yang sempat tergurat di ranting2 mawar, aku akan memungutnya besok saat embun mulai menguyup daun.

Sebagai jawaban atas tanya yang berkelindan. Mungkin, rindu adalah layu bunga yang tak harus diratapi atau dimusuhi.

 

Dan pada akhirnya, sebagaimana aku. apakah engkau juga menunggu janji Tuhan ?

Komentar

Foto yoga

kata-katanya terlalu padat

kata-katanya terlalu padat kawan!

Foto semut kampung

terima kasih atas apresiasinya

meluncur begitu saja, kawan !

Foto tita

keren

keren

(,,,,_)

Foto semut kampung

matur nuwun :)

matur nuwun :)

Foto edi sst

sajak yg indah ...

di antara kelima puisimu, ini yg plg sy suka
walaupun "Naskah Hujan" jg ckp kuat
lumayan matang. tentang rindu yg berkelindan
salut deh kpd Semut Kampung. ayo nulis terus ...

salam kenal ... :D

Foto Reni Nur Afifah-WAJ

"Engkau begitu hafal membaca

"Engkau begitu hafal membaca matahari, jemarimu kokoh menunjuk seluruh arah angin, langkahmu kukuh mengundang gemintang. Sedang mataku retak mengintip rembulan dalam pengap usia"

dapat dari mana kata2 yg indah itu?

Foto ARZapata

hemmm...begitulah

hemmm...begitulah

Foto semut kampung

@ om edi : terima kasih, om.

@ om edi : terima kasih, om. senang dengan apresiasinya.
salam kenal juga om :)
@ reni : terima kasih, ren. maaf tak bisa jawab "dari mana"nya? :)
@ om ARZ : terima kasih, om. begitulah juga :)

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler