Belum aku hingga mampu sampai mati
Hati yang lukanya dari derai satu dua kata-kata
Dari tajamnya tombak hingga duri terperi
Tiada semua untukku rasa itu
Tapi engkau
Dewi ayu tanah jawa tanah pujangga
Membakar rasa itu
Bahkan aku dengan jemariku
Tak mungkin bisa menghitung
Berapa martabat dibawah kaki
Harkat di langit jatuh runtuh
Hingga masa kini senyum wanita
Ayu merona
Mempesona
Aku terpesona
Engkau pula yang meninggikan senyumnya
Habis sudah gelap-gulita
Tiada jua beda diantara kami
Bak berdiri di depan cermin
Kena pecah tinggal diri yang satu
Di bulan ke empat merapat sanubariku meratap menatap
Walau engkau hilang badan kami yang berdandan ini
Berdiri ..
Bukan cermin di depan kami
Bersandar kami pada gurat-surat tanganmu
Habis gelap terbitlah terang
Tiada awan di langit yang tetap selamanya
Tak selamanya aku bisa mencari
Dua patah kata yang ringkas
Untuk mendaki gunung menyelami samudera
Melenyapkan kata aku keangkuhan
Oh Raden ayuku..
Kau hilangkan nama sebut tertutup kabut
Dan kau tak akan cukup
Hanya dengan bunga mawar di atas daun jati
Tanpamu, bagaimana aku bisa bersikap lembut terhadap ibuku
Denganmu, aku pasti bisa bersikap lembut terhadap cintaku sekaratku
Tapi itu nanti
Aku sunyi dan tetap sepi
Tapi aku tak ingin
Sunyi sepiku tak berarti sampai aku mati
Oh Raden ayuku..
Cintamu lebih dari seribu untuk mati muda
Komentar
Tulis komentar baru