Kulihat sebuah pena tergeletak di atas meja yang penuh debu
menindih sekumpulan kertas yang penuh dengan tulisan puisi
sebuah tulisan yang indah, seakan si penulis mengukirkan hatinya
dengan pena itu, cinta ia lukiskan sebagai sebuah proses kehidupan
Sementara si penyairnya pergi entah ke mana, kubaca puisi-puisi itu
anganku berkelebat merasuki lukisan cinta yang tergambar di dalamnya
cinta bagaikan sebuah langit senja, bagaikan langit merah lembayung
langit yang perlahan meluruh dan berbaur dengan gelapnya malam
Cinta betapa agungnya ia, bangkit dari suatu kedalaman lubuk hati
lalu bersemailah ia di dada para insan, menjadi bunga-bunga kehidupan
menebarkan harumnya harapan dan impian, ketertarikan dan keterpautam
melambungkan jiwa, dan menyentuh mata panah yang merah membara
Di atas baranya cinta itu membakar, melebur hati para insan pencarinya
ke dalam tarikan gelombang asmara yang penuh dengan mimpi-mimpi
lalu berjalanlah hati menempuh alunan gelombang laut yang tak ramah
menempuh keluasan hamparannya, dan akhirnya terdampar di pantai
Ketika terluka, si penyair berkelana hatinya, membawa beban cinta dan duka
menempuh suatu jalan sunyi yang panjang, bernaungkan langit mendung
menempuh keheningan dalam kesendirian, coba merenungkan hakikat cinta
dan berjalan menelusuri garis lintas kehidupan di mana hidup harus melintas
Ketika berhasil ia berjuang mendapatkan kebebasannya dari derita cinta
betapa segala kesunyian dan luka itu bagaikan sebuah jalan setapak
sebuah jalan dengan ribuan jejak yang mengarah ke tujuan yang sama
yakni: “mengungkapkan kepada orang lain siapa diri sejatinya!”
Btm2015
Komentar
Tulis komentar baru