Ayahanda,
Serupa kau mengayuh sungai.
Pun aku, mengayuh buku demi hidup.
Berbeda kita. kau menumpu lutut, sedang aku menumpu penyampah perut.
ayahanda,
Paruh baya menjadi nama usia kau,aku belum menyampah pesan jalan tempuh.
" jangan kau berharap mengikuti jejak ayahmu, dahulu pena itu barang mahal nak. "
Sekarang,
Biarkan lusuh wajah kau membayang.
Mengingat bunyi deguk kopi dari ujung kerongkongan, dikala subuh sudah berangkat pulang.
Kau inspirasi di semua sisi.
ulak karang, 21 Des 2011
Komentar
Indah
Ini indah sekali
Tulis komentar baru