Angin Alif-Mu Menghujam-hujam
Angin alif-Mu menghujam-hujam
Menyayat kulit waktu yang terbenam
Memukulkan detik-detiknya hingga pecah hati ini
Berkeping jadi perca kaca lalu memantulkan
Kilau pedang-Mu di mataku membatu
Saat air menghitam
Kapan kurasa hutan beronak liar
Di balik rerimbun semak ada jalan datar
Juga air mata biru mengkristal
Kini di depan kubur entah siapa
Angin barat terus memburu malam demi malam
Menampar-nampar kenangan di jalan itu
Bersama kelam yang menganga pilu
Masihkah kesiur daun kering yang jatuh
Menuntun langkah-langkah rubuh
Yang terus tersuruk, tak lagi utuh
Dingin bergetar, ada dan tiada
Wajah-Mu begitu subuh!
Semarang, Januari 2012
Komentar
Tulis komentar baru