Isye,mawarku yang lahir dari rahim bebatuan
gerimis mengikis pagi kita dalam kebekuan
nada-nada terketuk menemani sepanjang langkah
yang kita rebus dengan tawa dan senyuman
payung-payung terkembang
diantara aroma pinus terhanyut semerbak masakan
pada tepian jalan
kita jajaki gurat-gurat kesilaman,mengukir cendana kota kita
mengais beban sejarah nenek moyang
kota kenangan,,
ranah yang memantulakn bayangan masa depan
tempat menyandarkan lelah sisa perantauan
secangkir kopi kau sesap dalam diam
kepulan hangat menyapu tempias yang berlabuh pada wajahmu
Isye,mawarku yang merkah dari bebukitan
pada kedai kopi ini
kita menulis selembar cerita panjang
untuk kita bagikan pada anak-anak kita kelak
saat kenangan begitu sulit tuk di uraikan
dan bayang wajahmu adalah bekal ketegaranku melawan waktu
perlahan gerimis megurung kita pada kelu
dan diam menjadi jawaban kita dari apa yang di tanyakan hari
juga pada peta wajahmu kutemukan sepetak tempat
sebagai rumah cinta kita nanti
Isye,mawarku yang bersemi tiap musim
hari menyeret kita pada perpisahan
mencuri kota permai kita dari pucuk mataku
: memetik kau dari tangkaiku
dalam rantau ku berharap mimpi dapat melipat waktu
agar aku cepat pulang
lalu menyulam kehidupan baru denganmu
isye,mawarku yang layu terenggut nestapa
kujajaki kini kota permai kita
dan kutatap derai gerimis menjadikannya berbeda
kemana perginya kota kenangan??
sisa lumpur dan keping atap menghiba
sisa amukan sang Pencipta
ku duduk pada teras kedai kopi
menanti kau datang untuk kupinang..
meski kutahu,bahwa Tuhan telah meminangmu lebih dulu
Aceh,2004 dalam kenangan
Komentar
Bagus dan inspiratif....
Bagus dan inspiratif, saya suka puisi ini. Salam sastra!
Beni Guntarman
terimakasih banyak bang,
terimakasih banyak bang,smoga saya bisa belajar lebih banyak dari abng,, salam sastra!
Tulis komentar baru