Di bawah siraman hujan yang tengah melanda
ribuan buruh turun ke jalanan, demo buruh
menuntut kenaikan upah untuk hidup layak
suara teriakan mereka begitu keras terdengar
demi sesuap nasi, hidup pada alam yang tak ramah
oh nasib, tak tahu ke mana lagi mesti mengadu
Awan kelabu, BBM terus melambung tinggi
buruh mesti ikatkan erat-erat tali di pinggang
agar tak tenggelam dilanggar ombak keprihatinan
harga-harga barang terbang, jauh lebih tinggi
upah yang diterima tak mampu menjangkau
kehidupan layak sulit untuk diraih
Ah beri kami kesempatan 'tuk bernafas lapang
agar bisa merasakan kesejahteraan hidup
dari upah hasil kerja keras kami setiap bulannya
karena tuntutan hidup itu maka kami mesti berteriak
karena kami tak ingin seperti ayam yang mati kelaparan
di lumbung padi, di bumi negri yang kaya raya ini!!!
Komentar
Nice Poem
Pejabat jadi centeng para konglumrat
Tak perduli jeritan rakyat melarat
Apalagi ada bingkisan parsel 24 karat
Pejabatpun lupa untuk mendarat
Nurani tak lagi menjaga hati
Persetan derita rakyat yang penting semua bisa dibeli
Caci maki dianggap makanan basi
Yang penting pejabat tak kehilangan dasi
Salam sastra pak beni... Senang membaca puisi anda diatas. Tangan saya jadi ikutan gatel.
Berkelas
Puisi ini bahkan lebih "memantulkan" realitas yang lebih nyata daripada Cermin
Salam sastra Pak.
Terima kasih Boma Damar atas apresiasinya..
Terima kasih Boma Damar atas apresiasinya. Salam sastra kembali.
Beni Guntarman
Terima kasih Dadox...
Terima kasih Dadox atas apresiasinya. Salam sastra kembali.
Beni Guntarman
Tulis komentar baru