Angin berhembus kencang
di langit senja, menggiring awan
memainkan cahaya kemerahan
dan mentari pun mengelam
tertutup sinar matahari
tertutup makna kehadirannya
tertutup kehangatannya
dan bersinar makna ketertutupannya
Kepak sepasang sayap kutilang terhenti
di dahan angsana
dalam bayang-bayang malam
terhenti di separoh bulatan bola waktu
menanti hadirnya kembali sang penuntun di fajar hari
hingga ketika datang embun memberinya kabar
tentang batas malam dan subuh
kutilang pun mulai berkicau, selalu menyanyikan lagu yang sama:
"Mentari 'kan bersinar lagi
ia sahabat penuntun hidupku hari ini
Bersamanya kujelajahi hari-hari
dari pagi hingga petang, dengan riang
Namun sahabatku embun
ia menderita dalam kebahagianku
Ia yang setia memberiku kabar
tentang batas malam dan subuh
Butir-butirnya yang melekat pada dedaunan
menanti dalam kebimbangan
Menanti datangnya matahari pagi
yang akan menggiringnya pada kematian!"
Komentar
Puisi di atas kanvas. . .
Setiap baris dalam kalimat puisi ini seperti memiliki warnanya sendiri-sendiri, diwarnai oleh cat air yang berpadu indah di atas kanvas berornamen mewah. Serasa memiliki nyawa. layak untuk menghiasi setiap ruang jiwa yang membacanya.
Sekali lagi.. Salam Sastra Pak Beni..
terima kasih bung....
Terima kasih bung Steven Turhang. Salam sastra kembali.
Beni Guntarman
Terkesan
Puisi yang meninggalkan pesan dan kesan yang sangat dalam bagi setiap pembacanya. dan sampai hari ini saya masih terkesan dengan setiap tulisan brur Beni.
Terus berkarya
Salam sastra
Suatu puisi itu pada akhirnya milik pembacanya....
Suatu puisi itu pada akhirnya milik pembacanya; pembaca bebas menafsirkannya berdasarkan nalar, latar belakang, dan pengalamannya. Penulis hanya memaparkan dan menghantarkannya kepada pembaca apa yang dilihatnya dengan mata kepenyairannya. Terima kasih bung Boma Damar atas apresiasinya; karya anda pun saya baca, dan saya pun mendapatkan pengalaman baru dari karya-karya anda. Salam sastra kembali.
Beni Guntarman
Tulis komentar baru