Nyanyian Elegi

Aku ini pengecut..ya pengecut ketika di hadapan dirimu..

Rindu yang selama ini membucah seolah hilang di hadapmu..

Aku ini bodoh..ya bodoh ketika berhadapan dengan mu,hingga mulut ini terkunci dengan rapat dan otak ku melemah tak terkendali…

Kau seperti menebarkan virus yang melumpuhkan,menyuntikan bakteri yang mengerogoti akal sehatku..mungkin kau sebut ini masa lalu,tapi aku menyebutnya baru hitungan detik yg lalu…

Kau terlalu lekat di dalam hati ini dan sulit untuku seka bahkan ku kuliti perasaan ini..

Kau selalu menggelitikku di kala pagi,petang,malam jalang,bahkan dalam mimpi,sampai sulit kumengerti..

Entah kuratapi atau biarkan ini bagian dari sunyi..

Lihat aku,meski tangan ini tak lagi mengenggammu,melupakanmu seperti mendatangkan pelangi ditengah malam,begitu sulit dan mustahil…

Ingin aku protes kepada waktu,mengapa tak kau hentikan barang sejenak,biar aku dapat mengatur kembali dan mengumpulkan puing yang telah terserak ini tanpa ia sadari…

Ribuan tinta dan jutaan gores kertas telah kuhabiskan bahkan itu tak mampu menghilangkan semua memori yang tersaji.Guratan tembok bata merah dengan hiasan lampu minyak setengah padam hanya itu penerang ku di saat gundah ini.

Nyanyian elegi dan senandung lirih kian terdengar lantang diantara hati yang gersang,

Lirih dan menggetirkan…

Ku sirami dibawah hujan,bahkan ku taruh di bawah terik ditengah siang..namun tak juga menjadi lekang malah cenderung terus benderang…

Ketersiksaanku ini bagai nikmat Tuhan yang dikirim lewat pendiritaan hanya untukmu..ya untukmu aku bertahan..

Tolong aku rasakan dan kau cobai penderitaan ku ini barang sejenak,atau sekejap matamu aku berat memikul beban perasaan ini yang kau tanam bersama mimpi itu…

Tersudut di harapan biru yang mengharu,terjepit diantara dua labirin panjang yang tak memiliki akhir,dan terhempas dalam dengus nafas kebencian…