Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.
Tak perlu banyak bicara kepada sesama manusia. Setiap gerak-gerik kita akan selalu terbaca dan tertawan dalam pikir mereka. Bahkan dihari liburpun mereka masih saja begitu. Duka nestapa dan wajah senangmu tak lagi dapat kau sebut-sebut. Tanpa adanya alasan untuk bercengkrama dan berpuisi dikala hangatnya sinar matahari menerpamu adalah wujud ketenanganmu.
Komentar Terbaru