Bulan merah darah terlihat di matamu
menatap letih pada senja yang berawan
Kemelut hati membara, meradang laksana badai
mengaduk-ngaduk biru lautan dengan jemari anginnya
Menenggelamkan kapal-kapal yang singgah dan berlayar
menumpahkan bau anyir isi perut lautan ke pesisir pantai
Bulan merah darah, kegamangan yang melampaui banyak purnama
mendorong setiap geliat ombak liarmu ke puncak asmara buta
Dalam tikam senja yang membakar ilalang kering di hatimu
engkaulah bulan merah di ufuk timur yang tertutupi awan jingga
Menyesali bumi yang berdiri kokoh mengangkang
yang menghadang matahari menyinari wajahmu di senja gerhana!
Komentar
Tulis komentar baru