Buram wajahku di cermin hari ini
hampir tak percaya kulihat wajah sendiri
terasa asing, bagai makhluk dari planet lain
entah kenapa kupingku memanjang seperti kuping tikus
janggutku kusut panjang tak terurus
mataku merah dan badan pun terlihat kurus
mungkin aku sedang penat memikirkan kehidupanku
yang tak kunjung berubah sejak 15 tahun terakhir
sejak reformasi terjadi, nasibku masih seperti yang dulu
sementara di berita-berita televisi baru saja kudengar
harga barang-barang di pasar telah melambung tinggi
padahal baru saja disetujui DPR bahwa BBM akan naik
dalam bayang-bayang wajah tikusku hari ini
muncullah rasa marah, dendam, benci campur iri
kepada tikus berdasi, para tikus tamak yang mengurus negriku
ah kalian yang menggerogoti dan mencuri roti pembangunan
tetapi kenapa justru wajahku yang terlihat seperti tikus?
jangan-jangan ini pertanda aku akan menjadi tikus juga
mungkin aku akan menjadi seperti tikus got, tikus kecil
yang mencari makan dari sisa-sisa nasi yang ada di parit
atau mungkin juga aku akan menjadi seperti tikus angin
tikus yang masuk ke rumah-rumah lewat lobang angin
ah akan kupanjangkan saja janggutku
agar banyak orang percaya bahwa aku seorang yang jujur dan bersih
agar mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya aku juga seekor tikus
atau kuganti saja warna jaketku dari hitam menjadi abu-abu
agar aku bisa tampil sedikit gagah di mata orang ramai
seakan aku seorang pengusaha besar peternakan tikus!!!
Komentar
mungkin hampir sama pesannya
mungkin hampir sama pesannya dg puisi "Tikus-tikus KOta"ku...
Pesan-pesan tentang tikus...
Cerita atau pesan-pesan tentang tikus umumnya tidak jauh dari persoalan tentang ulah atau perilaku tikus yang suka menggigit, menggerogoti, dan mencuri....sangat jarang ditemukan puisi-puisi yang menyoroti bagaimana tikus-tikus itu diternakkan oleh yang namanya partai politik di tanah air, atau tentang bagaimana tikus-tikus itu dijadikan sebagai mesin uang bagi partai politik.
Beni Guntarman
Tulis komentar baru