Ayah
Aku pernah bercita-cita ingin jadi seorang guru
Sebab guru, seorang pejuang
Berkorban waktu, peluh dan isi benaknya
Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tapi
Kini enggan, cita-cita itu kubiarkan terselubung dalam doa-doa
Mengalirkan selaksa air dari mata para guru
Sebab, aku dan mereka takut kebutuhan tak cukup
Sementara kewajiban terpenuhi
Sedangkan hak terbayar cicil
Ayah
Dahulu, aku pernah berkata aku ingin jadi tentara
Yang gigih, disiplin, berani, dan setia mangabdi
Pada dua ibu, keduanya sama penting
Ibu kandung sedang terkatung-katung mencari
Penghidupan untuk adik-adikku.
Sedangkan Ibu Pertiwi sedang bersimbah darah
Dan kepiluan yang berkepanjangan karena perpecahan anak-anaknya.
Ayah
Anak yatim telah kusandang sejak dini
Aku ingin menjadi seorang yang saleh
Mengabdi padamu dan pada ibu
Dan kini aku akan berdoa, sebab para ulama telah berfatwa
Bahwa doa anak Saleh akan dIijabah oleh Tuhan
Ayah
Masih banyak yang ingin kusuratkan untuk-Mu
Tetapi nanti
Mungkin sekarang kau lelah mendengar keluh-kesah
Sebab dunia, penuh tanda, hiruk-pikuk, huru-hara
Yang terkemas dalam fatamorgana yang fana
Ternyata ayah juga telah pergi
Dahulu aku menuai rindu di atas dada yang kekar
Kini, rinduku tertuai di atas sebidang tanah yang datar
Kendari, 07 Oktober 2019
Komentar
Tulis komentar baru