Ingin apa kuperbuat lagi. Acap jendela kau buka keluhmu tak berjeda. Awas tatapmu
enggan berpaling pada hijau rumput tetangga. Dari balik daun pintu kukunyah gemeretak
gigi bertaut tak kepalang serupa suara tembikar terbakar. Bara pada mata mengijon tangan
gemetar hendak menuntas kehendak. Tak puas kau kecap apa yang terhidang dari hasil
keringat bercocok. Terkadang jerah, ingin melepasmu pergi pada belahan lain. Tempat musim
tak pernah tersentuh gejolak badai. Dan aku terbebas dari sandingan yang membuat hati
menyimpan dendam tak berkesudahan.
Komentar
Tulis komentar baru