malam nyanyian jangkrik minta kawin
di pohon-pohon, kabut hitam hinggap membuat sarang
dalam begini, kantuk semakin mahal saja
, rangka rapuh ini kian sulit dilelapkan
akhir-akhir ini ranjang tua itu memang semakin sering linglung sendiri
apalagi kalau malam-malam turun hujan
dinginnya bagai silet bergerigi
menyayat tulang sepi ini
maka pejaman mataku rasanya sia-sia belaka
karena dentang hujan yang berjatuhan itu
akan memaksa pikiranku merayau-rayau
menenggelamkanku di pusaran entah
lalu lamat-lamat di sela daun-daun yang kedinginan
akan terdengar rintihan burung hantu meminta bulan
tapi bulan tiada, kalau sudah begitu, hatiku selembar rumput kuyu
menginga-ngingat jejak dan musim yang 'njauh
begitulah hingga fajar menjelang
jarum jam yang lemah itu akan hanyut dalam kenang
lalu racau mulutku akan sibuk merapal namamu
berulang-ulang, serupa seribu mantra bisu
, pagi sudah February
tapi aku masih di kerling January berpuluh tahun yang lalu
saat kuhanyut dimabuk angin, tenggelam di dongeng cinta remaja
akulah, ah ..., kerisik yang bermimpi jadi daun*
Batam, Jum’at malam, 2015
*papa Rusli Marzuki Saria, Kerisik Tidak Jadi Daun, Sembilu Darah, 1977
Komentar
Tulis komentar baru