desember di halaman
sebatang pohon meliuk-liuk dipermainkan angin
daun-daunnya mengigil bergelantungan
matanya pedih dan terluka
dari sela ranting dan dahannya
disaksikannya jingga yang lewat
dihitungnya detik-detik yang berguguran
sia-sia, ini jenuh yang keberapa, bisiknya
senja, sepi dan lengang
dan sendirian, ia jemu menera bayang
dan saat kelam mulai memeluknya
, ia mulai bicara sendiri
akhir-akhir ini ia memang makin sering begitu
seringkali ketika ia terangguk-angguk sendirian
di ujung malam, dikhayalkannya mata embun dan tatap lembut
dibayangkannya, mata yang dulu mataharinya
ketika malam kian jauh, sepinya kian riuh
dan tanpa sadar bibirkelabunya itu mulai menceracau
"ah bayang-bayang, takdir telah tiba
kini dia telah silam", bisiknya seraya mencoba menutup mata
tapi malamnya enggan terpejam, dan ceracaunya kian jadi
"ah desember, jika memang masih ada, aku dambakan satu saja
, kasih yang menjadi masa depan, cinta yang membawa kedamaian,
, kasihsayang yang menyelamatkan"
malam kian larut
ia pun tahu ia kian lapuk
seekor burung hantu bertengger di kepalanya
matanya sayu memandang bulan
Batam, 01.12.2014
Komentar
Tulis komentar baru