Dalam syair kehidupan anak suku laut di kala senja, ada senandung dimana kita harus menyimaknya dengan hati, syair kehidupan yang berdendang selalu dari masa ke masa, sisi ruang hati tempat nurani bercengkrama dengan ombak, dengan laut, dengan badai. Sisi ruang hati tempat nurani anak suku laut hidup harmoni dengan alam lingkungan sekitarnya. Jantung kehidupan yang berdenyut lemah, namun menitiskan air yang menghancurkan batu karang!
Berat kian terasa langkah-langkah kaki menapak kehidupan di bumi, sumber daya alam kian terkuras habis, keseimbangan hidup kian tergoyahkan! Kabut yang menghadang jalan ke depan kian pekat, kian tertutup bening cahaya hati dalam menangkap dan memahami bahasa alam lingkungan di sekitar. Kita yang merusak alam lewat tangan-tangan ceroboh, lewat tangan-tangan tak bertanggung jawab, lewat nafsu merusak karena kebodohan kita! Maka alam pun akan balik merusak kehidupan kita dengan gelombang, banjir, tanah longsor, gempa bumi, panas terik membakar, dan gelombang tsunami yang memusnahkan!
Maka tanamilah anak pohon bakau di sisi landai pantai hatimu, meski ombak dan pasang laut silih berganti datang, niscaya ia akan mampu bertahan hidup, dan terus tumbuh dengan akar-akarnya yang kian kokoh, mampu menahan derasnya laju gelombang kehidupan!
Tanamilah anak pohon bakau di sisi landai pantai hatimu, niscaya ia akan tumbuh menjadi hutan bakau, melindungi pulau-pulau kehidupanmu dari terpaan alam yang terus mendera bagai bola pendulum, membersihkan paru-parumu dari sebaran polusi udara yang mengancam hidupmu, melindungi segenap tubuhmu dari terpaan terik panas matahari yang kian hari kian tak bersahabat!
Tanamilah anak pohon bakau di sisi landai pantai hatimu, agar kusam jendela kehidupan karena debu perjalanan waktu dapat kau bersihkan! Hingga akhirnya nuranimu jua yang berbicara, dengan sepenuh hati, dengan sepenuh jiwa, hingga akhirnya takluklah sang waktu ditangan kesabaranmu!
Tiada tiadalah kata-kata yang sempurna untuk bisa melukiskan bagaimana pentingnya menanam pohon bakau di sisi landai pantai hatimu, sebagaimana pentingnya menanam pohon kesabaran di dalam ruang hatimu. Tiada tiadalah kata-kata yang sempurna meski itu dituliskan oleh seorang penulis yang terbaik sekalipun!
Tiada tiadalah kata-kata yang sempurna untuk memberikan pencerahan tentang itu semua. Sebab dirimu adalah matahari bagi dirimu sendiri, matahari yang segera pudar sinarnya bila gelombang telah redam, bila lautan tak lagi berombak, bila telah menjauh badai dari kehidupanmu!
Hanya engkau yang dapat memadamkan bara api nafsu di dalam dirimu, hanya engkau yang dapat memutar haluan kapalmu, hanya engkau yang dapat merobohkan dinding sejarah yang tegar berdiri angkuh di masa silammu, hanya engkau yang dapat menyelamatkan kehidupanmu dari bencana gelombang tsunami, hanya engkau yang dapat menyelamatkan kehidupanmu dari bencana amarah matahari yang membakar jiwa. Hanya engkau yang dapat menanam dan memelihara hutan bakau itu di sisi landai pantai hatimu, hanya engkau yang dapat melakukannya!!!
Komentar
Tulis komentar baru