orang sinting otaknya miring
aman damai dibuat genting
teriak-teriak membawa gunting
dia bilang bininya bunting
karena air kencing
orang gila otaknya koplak
telanjang sambil terbahak-bahak
mengganggu tukang jual ketoprak
tukang ketoprak lari karena takut
saking takut sampai terkentut-kentut
yang sedang membeli kalang-kabut
ulekan piring dam bumbu jadi semrawut
aku keluar mendengar teriakan
tetangga memelas minta pertolongan
kudekati si gila yang sedang edan
kutanya dia dengan sopan
salam kisanak kenapa marah
mari gandeng tangan mari ikut abah
tuh disitu kopi tersedia sudah
ada nasi dan sop jamur tinggal kuah
mari sini kita duduk
lihat abah jangan menunduk
si edan manut mengangguk-angguk
si edan menurut disuruh duduk
ini rokok ji sam su
silakan isap seberapa kau mau
atau kau mau ini kue bolu
silakan makan jangan malu
ni celana pakailah dulu
sembunyikan barangmu yang lebat bulu
dan ini pakailah baju
lihat, itu banyak orang, malu
lama ditatap makanan minuman tidak disentuh
kopi dan rokok tetap utuh
si gila tubuhnya gemetar
lalu berteriak allahuakbar
teriakannya menjadikan jiwa bergetar
luruskah dia atau sasar
eeee...tampaknya dia benar gila
dia bertanya nol tambah satu berapa
kujawab satu katanya salah
dia tanya satu tambah nol berapa
kujawab satu katanya salah
dia tanya nol tambah nol berapa
kujawab nol katanya salah
dia tanya satu tambah satu berapa
kujawab dua katanya salah
dia bilang
satu itu banyak
banyak itu satu
dia tanya asin garam karena apa
kujawab lidah katanya salah
dia bilang
garam asin karena garam
si edan melihat makanan
tapi benar edan
kue dibuang piring yang dimakan
si edan melihat minuman
tapi benar edan
isi dibuang gelas dimakan
si edan mencabut bulu
lalu disembur dengan pecahan beling
eee yang terjadi membuat berdiri bulu kudukku
bulu-bulu menjadi cacing
lalu aku tunjukkan telunjuk ke wajahnya
kubacakan ayat yang terlihat
ba sin mim alif lam lam ha
pandangannya menangkap bagaikan kilat
ketika si gila berbisik minta mandi
aku pikir dia sudah waras
kuberikan handuk sabun dan sikat gigi
kubikin lagi kopi segelas
di kran luar tertib dia bersuci
si waras berdiri shalat
lalu menghampiri aku lagi
tanganku dijabat erat
melihatnya aku bingung lagi
dia masih gila atau waras
kue yang tumpah dipunguti
menangis memelas-melas
dia minta kertas putih
memilah mana kue mana tanah
wajahnya tampak sangat sedih
mulutnya kumat-kamit tak sudah-sudah
mungkin dia sedang tenggelam
dalam kesadaran telah melanggar
mungkin dia sedang tenggelam
terengah terisak mengukur kadar
kemudian dia meraup tanah
tempat minuman tadi tumpah
tanah yang diperas memang basah
aku bingung ini benar atau salah
sampai dengan tengah hari
kubiarkan dia sendiri
duduk berdiri berjalan dan duduk lagi
terisak-isak tersedu-sedu berkali-kali
kututup matanya dengan kedua telapak tangan
perlahan aku berkata “bashiran”
kututup telinganya dengan kedua telapak tangan
perlahan aku berkata “sami’an”
kuletakkan telunjuk pada bibirnya
perlaham aku berkata “mutakalliman”
kubaca muhammad empat yang tujuh
kubaca basmalah yang sembilanbelas
kubaca nama yang sembilanpuluh sembilan
kusebut nama semar yang empat belas
kubaca empattigatujuh tigaempatrujuh
kubaca empattiga duabelas tigaempat duabelas
kubaca duabelas duabelas satu empat empat
terakhir kubaca satu empat empat sembilan
isaknya allah allah allah allah allah
tangisnya allah allah allah allah allah
permisinya allah allah allah allah allah
perginya allah allah allah allah allah
tinggal aku sendiri
berdiri di teras
aku berbisik dalam hari
waras gila waras gila waras
201905031343_Kotabaru_Karawang
Komentar
Tulis komentar baru