Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.
Bulan separuh nampak di perapian senja, tapi wajah seseorang yang baru saja meninggalkan gerimis, semakin utuh terlihat sebagai patamorgana yang mengering dan menjadi sebongkah kerinduan. Berjalan pada malam basah. Desir angin yang menutup sore mengantar keheningannya. Kesendiriannya berlalu pada gemuruh sepeda motor dan mobil-mobil yang berlari di jalan cemas.
Hitung-hitungan sekali ini sungguh membuatku ketiban susut yang takut. Ya, susut dan takut! Betapa tidak, ketika iseng-iseng kucoba menghitung-hitung diri, ternyata sisaku tinggal sedikit lagi. Masaku semakin sempit dan terjepit. Detik-detik yang berlalu terus menggerus dan memperpendek rentang usiaku.
Di telaga pelangi yang dihimpit megahnya istal langit, tempat para bidadari melepas sayapnya tuk menanggalkan sisa luruh nafas yang tercengang, dari sana lah aku berasal. Dari para bidadari itu aku banyak mendengar cerita-cerita dan kisah hidup di dunia, bahkan seringkali aku mendengar cerita yang tak sempat ku lihat dalam mimpi burukku dan juga tak sempat hadir dalam ketakutanku.
Bait demi bait puisi sufistik yang dirangkainya begitu melegenda. Sosok dan karya sastra yang ditorehkannya telah menjadi inspirasi bagi para pujangga di tanah Persia, salah satunya penyair termashur sekelas Jalaluddin Rumi. Penyair sufi legendaris yang masih berpengaruh hingga abad ke-21 itu dikenal dengan nama pena Fariduddin Attar, si penyebar wangi yang dalam bahasa Persia disebut Attar.
torehan dan ukiran dari malam yang kutunggu-- dari siang yang kunikmati. masih adakah manusia di dunia ini yang tidak mempunyai kepentingan dalam hidupnya--apakah itu yang di sebut mati??mungkin dirimu berwujud binatang--bisa jadi!!
kereta api komuter itu berjalan membelah kota metropolitan dengan gagahnya, walau pagi ini terlihat sepi penumpang. lebaran yang hampir dekat adalah alasan yang paling tepat bagi pejabat-pejabat perkeretaapian, jika ditanya mengapa pendapatan perusahaan kereta api bulan ini atau tepatnya hari ini turun.
sepanjang perjalanan aku mudik, seperti biasa tak pernah lancar disana sini, pemudik berusaha mencapai tujuan dengan cepat, tak peduli ulahnya membuat jalan-jalan macet...ufhgh!!!
Surat Dari Montmartre:
MENYAKSIKAN PEMBACAAN PUISI TAN LIOE IE DI PARIS
"Apa yang sedang kulakukan adalah suatu pertunjukan. Barangkali aku di sini
dengan Rendra yang kuhormati atau yang lain-lain dalam membaca puisi. Dalam
membaca puisi aku masukkan unsur akting dan musik", ujar Yoki menjelaskan
Komentar Terbaru